Benny Indratno Blog
Dream and Hope
Selasa, 24 April 2012
Mini Album " Journey of Love "
Sabtu, 17 Maret 2012

NATURALISASI PEMAIN ASING
Oleh : Y.Benny Indratno
Tulisan ini di muat di harian Suara Merdeka hari kamis tgl 27 Oktober 2011 di rubrik wacana
Indonesia siap menaturalisasi 6 pemain lagi. Ke 6 pemain itu adalah Tonnie Cusell, Stefano Lilipaly, Johny Rudolf van Beukering dan Sergio van Dijk serta dua pemain asal Nigeria yang saat ini bermain di Liga Indonesia, Greg Nwokolo (Persija) dan Victor Chuckwuekezie Igbonefo (Persipura Jayapura). Sebelumnya Indonesia telah melakukan naturalisasi striker kelahiran Uruguay yaitu Christian “el loco” Gonzales.. Kebijakan naturalisasi sekarang ini jamak dilakukan oleh suatu negara untuk mendongkrak prestasi timnasnya. Bukan hanya negara negara yang miskin prestasinya saja, tapi negara negara yang sudah mapan prestasi sepak bolanya, juga melakukan hal yang sama.
Nah, pertanyaannya sekarang adalah benarkah pemain naturalisasi dapat mendongkrak prestasi sebuah Timnas?. Dalam catatan saya, hanya Singapura lah negara yang benar benar menikmati hasil naturalisasi ketika mereka berhasil menjadi juara AFF. Philipina juga termasuk Negara yang merasakan sisi positif dari naturalisasi, meskipun tidak juara, tapi kehadiran para pemain naturalisasi sangat mendongkrak prestasi Timnas Philipina, dari Negara yang selalu menjadi bulan bulanan di Asia Tenggara, sekarang Philipina menjelma menjadi tim yang diperhitungkan di kawasan Asia Tenggara.Dalam level Dunia, setahu saya belum ada suatu negara yang sukses menjadi juara karena program naturalisasi.
Bagaimana dengan Negara kita?
Program naturalisasi di Negara kita di mulai saat PSSI di pimpin oleh Nurdin Halid, tapi ada kesalaham mendasar dalam program naturalisasi yang dilakukan oleh PSSI, Negara-negara yang melaksanakan program ini, menaturalisasi pemain-pemain asingnya yang telah lama bermain di kompetisi lokal. Kedatangan pemain-pemain tersebut ada yang memang murni direkrut dari klub asal atau ada juga yang memang menjadi imigran sejak lama. Jika seorang pemain berkualitas telah memenuhi batas minimal untuk mendapat paspor sebuah negara, otoritas sepak bola bergerak untuk menawarkan naturalisasi.
Berbeda dengan PSSI yang sibuk mencari pemain ke berbagai penjuru dunia, terutama Belanda, untuk membujuk pemain-pemain berdarah Indonesia menjadi WNI dan memperkuat timnas. Cara ini secara tidak langsung meremehkan talenta-talenta lokal yang jumlahnya jutaan di negeri ini. Bakat-bakat lokal menjadi terbuang karena salah urus atau bahkan tidak adanya motivasi dari PSSI untuk mengembangkan talenta mereka. Memang, ada beberapa pemain asing di kompetisi LSI yang ditawarkan untuk dinaturalisasi. Namun, cara ini bukan menjadi fokus utama naturalisasi.
Program Naturalisasi bukanlah prioritas dalam membangun sebuah timnas. Prioritas utama adalah membuat program pembinaan pemain muda dari berbagai jenjang usia dengan jalan memutar roda kompetisi yang berkesinambungan sesuai dengan jenjang usia. Naturalisasi hanya menjadi pelengkap. Pilihan pemain yang akan di naturalisasi, sebaiknya dibatasi hanya yang bermain di kompetisi divisi teratas Liga Indonesia dan itu pun tidak harus dipaksakan. Jika memang ada pemain asing berkualitas dan telah memenuhi batas minimal untuk menjadi WNI, PSSI dapat bergerak untuk menawarkan naturalisasi. Pemain-pemain asing yang bermain di Indonesia tentu harus diakui kualitasnya tidak lebih baik daripada yang bermain di liga-liga lain yang berada di atas level Indonesia. Artinya, jangan sampai ada kesan program naturalisasi sebagai tempat penampungan pemain-pemain asing yang jasanya tidak atau belum dipakai oleh negara-negara asalnya. Hal ini sesuai dengan tujuan naturalisasi yang hanya sebagai program pelengkap, bukan program utama untuk membangun timnas sehingga pemain-pemain yang dipilih kualitasnya harus di atas rata-rata pemain lokal. Christian “el loco “ Gonzalez dapat dikatakan contoh nyata untuk keberhasilan naturalisasi dengan cara ini.
Saat ini, tercatat ada beberapa nama pemain asing di LSI yang akan dinaturalisasi, seperti Greg Nwokolo atau Victor Igbonefo. Untuk mereka ini, sebaiknya PSSI tetap menaturalisasi mereka. Di sisi lain, PSSI harus menghentikan memburu pemain berdarah Indonesia ke luar negeri.. Akan lebih baik lagi, jika PSSI tetap fokus dengan pembinaan pemain muda sambil melengkapinya dengan membuka peluang para pemain asing berkualitas yang bermain di LSI untuk menjadi WNI. Keputusan apakah mereka akan bermain di timnas atau tidak tentu bukan wewenang pengurus PSSI, melainkan ada di tangan pelatih timnas karena pelatih lebih mengetahui kebutuhan tim secara langsung. Untuk itu Pelatih Timnas pun seharusnya adalah seorang pelatih yang memiliki kualitas yang baik. Roh permainan sepak bola adalah permainan tim. Sebuah tim, tidak bisa hanya mengandalkan satu atau dua orang pemain saja..
Y.Benny Indratno
Dokter Penikmat sepak bola.
Residen Patologi klinik,Fakultas Kedokteran Undip Semarang
Minggu, 27 Desember 2009
Sudah lama
Di Blog ini aku akan tuliskan bahwa aku sudah menyelesaikan sebuah novel yang aku idam-idamkan sejak lama. Sebuah Dwilogi yang aku tulis dengan gaya berbeda dari novel novel sebelumnya. Novel Dwilogi itu sedang aku timang timang. aku tunggu waktunya yang tepat untuk diterbitkan. mudah-mudahan bisa diterima oleh masyarakat pecinta buku.
Sabtu, 16 Mei 2009
Hari buku Nasional
(Y. Benny Indratno, penulis Kaca mata ber lensa cinta, opera kampus kaligaw, The Legend of John Kepix )